Home » Pelajaran Hidup » Proses Mencoba Memahami Ayah

Proses Mencoba Memahami Ayah


9 Agustus 2023·Maulana Ahsan·4 min read


Oh... Ternyata begini to yang dirasain ayah selama ini... Sejenak gw merasakan hal tersebut, semakin dewasa semakin paham ten...

Setiap orang punya pendapat masing masing tentang sosok ayah, karena setiap ayah di dunia ini juga memiliki caranya masing masing untuk mendidik dan membesarkan anaknya.

Disini gw cuma mau sharing tentang proses gw mencoba memahami sosok ayah, mulai dari awal hingga sekarang. Bisa jadi nanti pandangan gw akan berubah lagi seiring berjalan nya waktu, tapi setidaknya untuk sekarang, beginilah proses gw.

Oke, langsung saja gw mulai tulisan kali ini.

Proses Mencoba Memahami Ayah

Gw lahir di keluarga yang sederhana, penghasilan keluarga sering hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari saja. Kalau kami butuh atau ingin sesuatu harus dengan hutang dulu, karena dengan hutang akan ada tanggung jawab untuk membayar.

Dengan keadaan tersebut, ayah gw mendidik anaknya dengan didikan ala orang tua jaman dahulu. Membuat dirinya jadi sosok yang ditakuti oleh anak anaknya agar beliau bisa mudah untuk mengarahkan anaknya.

Kadang juga ada sedikit kekerasan disana, untuk membuat anaknya yang nakal merasakan efek jera.

Jujur aja, gw dulu emang setakut itu dengan ayah. Hanya dengan kata kata singkatnya saja bisa membuat gw yang awalnya nonton tv langsung bergegas untuk belajar. Karena gw pernah mendapatkan "sedikit kekerasan"yang gw ceritakan sebelumnya, gw selalu jadi anak yang penurut baik di rumah maupun di sekolah.

Sampai pada akhirnya gw lulus sekolah dan mulai merantau, perlakuan ayah ke gw mulai berubah. Tidak segalak ketika gw masih kecil dahulu.

Mungkin karena gw sudah mulai mengambil jalan hidup gw sendiri, membiayai hidup gw sendiri, dan bisa memutuskan apapun di hidup gw sendiri. Beliau mulai menjadi sosok ayah sekaligus teman bagi gw.

Mulai Memahami

Ketika gw mulai merantau di usia 17 tahun, ada banyak hal yang terjadi di hidup gw, dan ayah juga menjadi sosok yang selalu support apapun kondisi gw.

Ketika gw bahas soal pernikahan di usia gw yang masih 18 tahun, seketika ayah gw merasa takut dan cemas jika gw akan menikah di usia muda, meskipun tidak mengatakan nya langsung ke gw, tapi melalui ibu gw.

Bukan apa apa, karena beliau tau kondisi keluarga sekarang belum juga membaik, kondisi kerjaan gw juga belum segitu bagus untuk memulai berkeluarga. Takutnya ketika menikah dalam keadaan belum siap, jadinya malah membebani diri gw sendiri dan keluarga.

Ayah gw sudah menjalani hidup yang keras jauh lebih lama, jadi dia pasti gak pengen anaknya merasakan hal hal pahit yang mungkin dia alami selama ini.

Pandemi

Ketika pandemi datang, gw kehilangan sumber pendapatan. Awalnya gw mencoba survive di kota agar tidak membebani keluarga di kampung, tapi sampai pada titik ayah dan ibu gw juga merasakan kalau gw tidak baik baik saja di kota.

Ayah gw kurang lebih bilang gini "Selama ini kita sekeluarga selalu makan bersama apapun kondisinya, kamu itu anak ku yang selama ini juga ikut makan disini, jadi gak akan menambah beban ketika kamu pulang kampung".

Disitu gw paham, bahwa gw memiliki tempat untuk pulang, apapun kondisinya.

Supportif

Secara ekonomi dan relasi, mungkin ayah gw gak bisa support apa apa. Karena memang kondisinya seperti itu. Untuk menyekolahkan gw di SMK saja, harus hutang sana sini untuk biayanya.

Tapi untuk urusan support, gak kalah deh pokoknya.

Gw dibebaskan melakukan apapun yang gw pengen, selama itu gak merugikan diri sendiri dan orang lain. Gw inget banget perkataan nya ke gw.

"Bapak gak bisa bantu apa apa, cuma bisa support dan bantu doa saja".

Dan itu sudah lebih dari cukup untuk gw.

Apalagi ketika gw mulai kerja di Jakarta, gw selalu mengirip sedikit dari gaji gw tiap bulan untuk keluarga di kampung. Ketika di bulan tertentu gw kirim lebih dari biasanya, ayah gw sampe nanyain ke ibu "Itu ahsan disana gak papa ta? Cukup gak, kok dikirimin segini" saking khawatirnya.

Gak pernah menuntut apa apa, cuma pengen gw bisa hidup lebih baik saja.

Best pokoknya, gw sangat bersyukur memiliki ayah dan keluarga sebaik ini. Gw mulai menyadari betapa beratnya tanggung jawab yang selama ini dirasakan ayah gw, mulai ngerti juga mengapa dia dulu sering duduk diam di teras rumah pas malem.

Pasti ada banyak hal yang ada di pikiran nya, tapi dia sangat kuat menanggung semuanya tanpa meluapkan emosi sedih ataupun marah di depan anak anaknya.

Gw gak pernah bilang sayang ke ayah gw, karena hubungan kami selama ini juga bukan begitu style nya. Mungkin style nya saling respect kali ya, malu juga buat ngungkapin. Karena rasa sayang itu gak perlu disebutin juga udah kerasa.

Maulana Ahsan Profile

Maulana Ahsan

Seorang pekerja kantoran yang menyukai anime, manga dan budaya Jepang.
Pemilik akun social media @kejepangan.


Suka dengan tulisan di Blog Tulisan Ahsan? Lu bisa memberikan dukungan dengan berdonasi atau bagikan konten ini di sosial media. Terima kasih atas dukungan kamu!