Pelaut Yang Melihat Mimpi di Tengah Badai
24 November 2024·Maulana Ahsan·3 min read
Kali ini ijinkan gw bercerita tentang sebuah kisah, yang mana kisah ini tentu saja karangan, tapi mungkin nanti di bagian belakang akan ada hal yang relate dengan kehidupan sebagian orang.
Jarang jarang gw menulis artikel dengan format seperti ini, tapi semoga aja bisa enak untuk dibaca dan pesan nya juga mudah tersampaikan.
Kita mulai saja ceritanya...
Kisah Pelaut Muda
Di sebuah desa, hiduplah seorang pelaut muda yang berbakat dan memiliki mimpi besar untuk menaklukkan lautan.
Tapi dia tumbuh dan dibesarkan oleh keluarga pelaut yang pernah mengalami insiden yang tidak mengenakkan tentang pelayaran panjang di tengah laut.
Kata ayahnya "Aku dulu pernah hampir kehilangan segalanya karena badai yang mengerikan, jadi sebaiknhya kau jangan berlayar jauh jauh". Lalu sang ibu juga menambahkan seperti ini "Tetaplah di dekat pantai nak, kita cukup untuk bertahan hidup saja, laut bukan sesuatu untuk ditaklukkan".
Sebenarnya si pelaut muda ini tumbuh dengan kemampuan yang hebat, punya kapal yang kokoh dan juga peta yang lengkap untuk berlayar mengarungi lautan.
Tapi dia ragu untuk melampaui batas pandangannya.
Setiap kali dia ingin berlayar dan mengemudikan kapalnya lebih jauh, dia selalu teringat perkataan orang tuanya bahwa dirinya mungkin tidak cukup cerdas, tidak cukup kuat atau tidak cukup berani untuk menghadapi lautan luas.
Apa yang tidak dia sadari, ketakutan yang dia miliki bukanlah ketakutan miliknya sendiri, tapi pengalaman buruk ayahnya yang kapalnya tenggelam dan bahkan hampir kehilangan nyawanya karena badai di tengah laut.
Dan juga dari perasaan buruk yang pernah dialami ibunya karena takut kehilangan orang yang dicintainya.
Keduanya menanamkan rasa takut kepada anaknya dengan harapan untuk melindungi anaknya. Tapi tanpa sadar, keduanya juga lah yang membatasi langkah dan keberanian sang peluat muda yang melihat mimpi itu.
Pelaut Yang Melihat Mimpi di Tengah Badai
Dari kisah si pelaut muda tadi, mungkin ada sebagian dari kita yang merasa relate.
Terkadang hal hal yang membatasi diri kita, tidak sepenuhnya karena kita ingin melakukan itu, tapi bisa jadi karena faktor eksternal yang memang tidak bisa kita kontrol.
Tapi bukan berarti salah dari orang tua juga...
Karena bisa jadi mereka mengalami hidup yang berat, dan tanpa sadar melakukan itu dengan niat untuk melindungi anaknya.
Semua hal pasti punya background story, dan semua hal bisa kita lihat dari berbagai sudut pandang, sebelum kita melakukan penghakiman terhadap sebuah tindakan.
Bukan saatnya untuk menyalahkan orang ataupun keadaan, tapi saatnya kita sadar dan mulai memperbaiki hal yang menurut kita bisa menghalangi langkah kita untuk lebih maju.
Masih belum terlambat untuk memulai, bisa jadi hal yang baik akan menghampiri kita di hari esok.
Akhir kata, "Tugas kita bukan menghakimi, tapi memahami setiap orang punya background story".
Maulana Ahsan
Seorang pekerja kantoran yang menyukai anime, manga dan budaya Jepang.
Pemilik akun social media @kejepangan.
Suka dengan tulisan di Blog Tulisan Ahsan? Lu bisa memberikan dukungan dengan berdonasi atau bagikan konten ini di sosial media. Terima kasih atas dukungan kamu!