Home » Refleksi » Namamu Adalah Harapan

Namamu Adalah Harapan


📅 22 November 2025·👤 Maulana Ahsan·📖 2 min read


Tulisan ini lahir dari kegelisahan kecil yang terus mengetuk. Tentang kesepian, tentang cahaya, dan tentang harapan yang muncul dari tempat yang nggak gw duga...

Ada masa dalam hidup ketika aku merasa tidak lebih dari bayangan samar pada sore hari... ada, tapi tidak benar-benar dihitung sebagai keberadaan. Aku berjalan, makan, tidur, tetapi tidak pernah benar-benar merasa hidup.

Hanya bergerak mengikuti gravitasi dunia, seperti daun kering yang terbawa angin tanpa arah.

Ada masa ketika keramaian bukan tempat bersosialisasi, tapi tempat bersembunyi. Ketika senyum hanyalah refleks, bukan perasaan. Ketika hari demi hari terasa sama, dan masa depan hanyalah halaman kosong yang tidak ingin ku isi.

Lalu, tanpa sengaja, ada seseorang yang menatapku lebih lama dari seharusnya. Menungguku memungut bola yang sengaja aku abaikan. Menatap tanpa niat besar, tapi cukup lama untuk membuatku sadar.

Oh… ternyata ada yang melihat aku.

Kadang manusia hanya butuh itu... satu tatapan jujur yang membuatku merasa ada di dunia ini.

Cahaya itu tidak datang dari langit, tidak membuat awan hilang, tetapi menembus celah kecil di antaranya. Dan cukup satu garis kecil terang untuk membuat aku sadar bahwa bayanganku masih ada di tanah.

Bahwa aku tidak menghilang sepenuhnya.

Dari situ, perlahan-lahan, dunia berubah. Bukan drastis. Tidak tiba-tiba penuh warna. Tapi ada sesuatu yang mulai berkilau pelan-pelan, seperti serpihan cahaya di permukaan air.

Dan aku mendapati diriku merindukan seseorang. Merasakan sesak kecil yang manis. Menyadari bahwa hati yang lama diam ini masih bisa berdebar.

Cinta, mungkin. Atau mungkin bukan. Tapi yang jelas: hangat.

Meski ia tidak menoleh balik, meski ia tidak memilihku, sentuhannya pada hidupku sudah cukup untuk membuat semuanya berubah. Ada orang-orang yang memang tidak datang untuk dimiliki... mereka datang untuk menyembuhkan.

Aku belajar berjalan lagi. Belajar percaya bahwa masa depan bukan halaman kosong yang harus ditakuti, tapi tempat di mana jejak langkahku akan terus berlanjut. Belajar mendengar suara hati yang lama aku kunci. Belajar bahwa ternyata aku tidak sepenuhnya mengenali diriku sendiri selama ini.

Dan pada akhirnya, aku mengakui sesuatu yang sederhana namun penting:

Ada orang-orang yang tidak perlu aku sebut kekasih, tapi kehadirannya tetap menjadi harapan.

Namanya mungkin tidak pernah terucap. Tetapi di hati, ia adalah alasanku kembali melihat dunia sebagai tempat yang indah.

君の名前は希望 — karena kadang, harapan memang berwajah manusia.

Dibuat berdasarkan lirik lagu Nogizaka46 - Kimi no Na wa Kibou

Kategori:Refleksi
Maulana Ahsan Profile

Maulana Ahsan

Seorang pekerja kantoran yang menyukai anime, manga dan budaya Jepang.
Pemilik akun social media @kejepangan.


Suka dengan tulisan di Blog Tulisan Ahsan? Lu bisa memberikan dukungan dengan berdonasi atau bagikan konten ini di sosial media. Terima kasih atas dukungan kamu!