Home » Pengalaman » Pengalaman 17 Hari di Fakfak, Papua Barat

Pengalaman 17 Hari di Fakfak, Papua Barat


30 Maret 2024·Maulana Ahsan·6 min read


Selama kurang lebih 2 tahun ini, gw berkesempatan untuk mengunjungi banyak tempat di Indonesia, termasuk di Fak-fak, Papua Barat

Hari ini adalah akhir bulan maret 2024, dan tiba tiba gw pengen nulis pengalaman gw hidup di Fakfak, Papua Barat selama kurang lebih 17 hari.

Padahal selama kurang lebih 2 tahun ini, gw berkesempatan untuk mengunjungi dan tinggal di berbagai tempat di Indonesia, mulai dari di Kendari, Nunukan, Tarakan, Tanjung Balai Asahan, Padang dan juka di Fakfak. Cuman di tempat tempat lain gw gak merasakan banyak perbedaan, tapi di Fakfak ini ada banyak sekali hal hal yang sayang banget kalo gak gw ceritakan disini.

Emang apa aja sih? Langsung aja gw mulai cerita pengalaman gw ini.

Pengalaman Pertama ke Papua

Gw ke Papua ini dalam rangka perjalanan dinas, tugas dari kantor untuk melakukan implementasi aplikasi untuk mempermudah oprasional di pelabuhan cabang.

List kota kota yang akan implementasi di bulan maret sudah keluar sejak bulan Januari. Padahal di list bulan maret ada Biak, Bontang, Manado dan Fakfak, dan entah mengapa feeling gw tuh gw kebagian di fakfak, gatau feeling darimana.

Dan bener aja, di tanggal 28 Februari gw dimasukin di grup implementasi Jayapura dan Fakfak, di infokan untuk ikut gap analisis terkait bisnis proses yang ada di Fak-fak.

Hari itu belum ada list nama nama yang akan berangkat ke Fakfak, cuman kayaknya sih udah fix banget bakal berangkat kesana. Bener aja besokan nya keluar list nama tim nya. Kita berangkat ber 4 untuk implementasi aplikasi Phinnisi di Pelindo Regional 4 Cabang Fakfak.

Udah tuh, hari itu kepikiran banyak hal. Karena ini pertama kali gw ke Papua, tempat dimana desas desus nya banyak konflik masih sering didengar, bahkan temen temen gw juga ngasih infonya yang serem serem.

Cuman ya mau gimana lagi. Tugas kerja, bismillah aja sudah...

Akses Masuk dan Keluar Susah

Jujur untuk keindahan alam, Indonesia Timur tidak pernah gagal membuat gw kagum dengan alam nya. Air di pantainya jernih sekali, udaranya segar dan banyak tempat yang bisa dikunjungi ketika di Papua.

Meskipun kalau di Fakfak aksesnya sangat susah, effort nya harus lebih besar hanya untuk liburan.

Bahkan untuk akses masuk dan keluar di Fakfak ini hanya bisa melalui jalur udara dan laut, tidak ada jalur darat untuk masuk dan keluar fakfak.

Dan untuk pesawat hanya bisa diakses melalui bandara Sorong, naik maskapai wings air menuju ke bandara Siboru yang berada di dalam hutan belantara. Jarak bandara dan kota Fakfak nya juga sangat jauh, gw tunjukin rute nya di google maps ya.

Jarak Bandara ke Peradaban

Kalau dia jalan nya datar, maka perjalanan akan berjalan dengan mulus. Sayangnya... Jalanan di Fakfak ini terjal dan berliku, jadi dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk perjalanan dari atau ke bandara.

Soal Keamanan

Lalu soal keamanan gimana?

Sebenernya kalau dibandingkan dengan ekspektasi orang orang, Papua khususnya di Fakfak ini aman dan damai kok. Motoran di malam hari juga tidak perlu khawatir terjadi apa apa.

Meskipun ada beberapa cerita dari orang orang lokal yang menyeramkan juga. Misalnya cerita soal kerusuhan tahun 2019 yang disulut oleh isu rasisme di daerah Surabaya dan Malang. Akibat kerusuhan itu, pasar satu satunya di Fakfak harus dibakar oleh orang orang yang ber-konflik.

Lalu ada juga kasus kepala distrik yang dibunuh. Cerita cerita seperti itu masih ada.

Orangnya Juga Ramah

Memang Indonesia ini isinya orang orang ramah, meskipun secara nada itu seperti ngajak berantem, tapi orang orang di Papua ini ramah sekali, dan mendukung kegiatan kami selama disana.

Paling kalau ada yang nyebelin, itu orang mabuk. Yaaaa namanya orang mabuk kan gak cuma di Papua aja, di manapun juga nyebelin lah kalau mabuknya resek.

Alasan Tinggal di Fakfak

Untuk alasan mengapa orang orang stay di Fakfak ini biasanya karena sudah punya keluarga di Fakfak, tuntutan pekerjaan yang mengharuskan dia tinggal di Fakfak, atau karena orang asli Fakfak.

Kalau bukan karena alasan alasan tersebut, sepertinya berat untuk perantau untuk memutuskan tinggal di Fakfak, alasan nya karena banyak sekali perbedaan antara di Jawa dan di Papua, soal hal ini akan gw bahas di point selanjutnya.

Banyak Sekali Perbedaan

Kalau lu biasa tinggal di Jawa atau Sumatera, mungkin hal hal ini akan membuat lu ngerasa gak nyaman. Cuman ya balik lagi tergantung preferensi masing masing. Kalau prespektif gw yang tinggal 17 hari di Fakfak kemarin ya ini yang gw rasain.

Makan Rusa dan Ikan

Gw adalah orang yang biasanya di Jawa makan nya ayam, telor, tempe, atau daging kambing dan sapi. Kalau di Papua makanan yang lazim dikonsumsi sehari hari itu daging rusa atau ikan.

Karena kalau di Fakfak ini kan pesisir. Ikan menjadi hal yang bisa dengan mudah didapatkan, dan harganya cenderung lebih murah dibandingkan dengan di Jawa.

Lalu kalau rusa ini hasil buruan dari warga atau tentara yang hasil buruan nya akan dimasak untuk memenuhi kebutuhan warganya. Lu pasti akan jarang menemukan olahan daging rusa kalau di Jawa, karena memang rusa ini kan hewan yang dilindungi kalau di luar Papua, pasti susah untuk dapetin nya.

Air Susah

Lalu kendala selanjutnya adalah air bersih, menurut keterangan orang orang lokal yang pernah gw ajak ngobrol, masalah yang kerap terjadi di Fakfak ini masalah air bersih yang cukup susah didapatkan.

PDAM tidak selalu ada airnya, jadi harus siap penampungan air yang cukup besar di masing masing rumah agar ketika ada airnya, bisa nyetok air sebanyak mungkin. Berjaga jaga jika nanti mati lagi.

Masalah air ini bisa makin parah ketika musim kemarau panjang.

Biaya Hidup Mahal

Kalau lu ngerasa hidup di Jakarta itu mahal, cobain deh hidup di Papua.

Biaya hidup di Papua ternyata lebih mahal dari Jakarta yang notabene adalah kota terbesar di Indonesia. Padahal secara standard gaji di Papua itu lebih kecil daripada di Jakarta, tapi secara biaya hidup di Papua jauh lebih mahal.

Contoh makan ayam sambal penyet kalau di Jakarta gw beli paling kisaran Rp. 20.000 sementara di Fakfak gw harus bayar Rp. 40.000 untuk menu yang sama.

Kost juga begitu, mendegar cerita orang orang disini, kost kostan juga mahal dan tentu saja fasilitas tidak selengkap seperti di Jakarta. Itulah salah satu hal yang bikin gw kaget ketika di Fakfak.

Tidak Ada Hiburan

Balik lagi, kalau kita sudah terbiasa hidup di Jawa, kita akan terbiasa dengan mudahnya akses hiburan dan tempat refreshing. Sementara kalau di Fakfak ini tidak ada tempat hiburan.

Jadi keseharian kami kemaren hanya scroll sosmed sampai baterai habis dan dicas kembali. Gitu aja terus sampai balik ke Jakarta.

Renungan

Sejenak gw keinget kata kata dari stand up comedian yang berasal dari Fakfak yaitu Mamat Alkatiri, kurang lebih seperti ini.

"Kok bisa di tanah Papua yang kaya akan sumber daya alam ini, rakyat nya mayoritas dibawah garis kemiskinan"

Semoga kedepan nya Papua makin maju dan makin aman untuk ditinggali, setidaknya pembangunan di Seluruh Indonesia merata lah, gak cuma berputar di pulau Jawa saja.

Kategori:Pengalaman
Maulana Ahsan Profile

Maulana Ahsan

Seorang pekerja kantoran yang menyukai anime, manga dan budaya Jepang.
Pemilik akun social media @kejepangan.


Suka dengan tulisan di Blog Tulisan Ahsan? Lu bisa memberikan dukungan dengan berdonasi atau bagikan konten ini di sosial media. Terima kasih atas dukungan kamu!